Kamis, 15 Oktober 2015

Memahami Teori PERS [Soviet] Komunis - PART 1/3



Pendahuluan

Kembali ke 40 tahun silam. Saat itu hampir setiap pertemuan wartawan Amerika dan Uni Soviet selalu diwarnai aduargumen.  Pers Amerika dengan doktrin liberalismenya akan mengagung-agungkan kebebasan, dan berpendapat bahwa pers Soviet adalah sesuatu yang terikat, dan dikontrol oleh pemerintah. Sebaliknya, wartawan dari negeri Berang Merahbjustru merasa media sovietlah yang sesungguhnya “bebas”.  LIberalisme Amerika, kata mereka, justru terikat oleh berbagai kepentingan yang justru mengekang redaksi.  Kepentingan ini tidak hanya satu tapi jamak, seperti kepntingan pemasang iklan, pemilik, dan kroni kroninya. Sebaliknya, media Soviet justru berpusat pada SATU tujuan yaitu mengabdi pada kepentingan NEGARA.  

Lalu, wartawan Amerika akan menyombongkan aktulitas dan berbagai ragam program enternatiment yang dapat mereka tayangkan, sementara di Soviet semua serba terencana dan dipenuhi propaganda.  Toh, bagi wartawan yang bekerja dibawah “bendera” Soviet Komunist, segala opera sabun dan program hiburan (bahkan reality show) yang dipertontonkan oleh media liberal seperti Amerika hanyalah pepesan kosong dan TIDAK membawa perubahan apapun pada kehidupan riil masyarakatnya.

Konsep Marxist
Marxist yang sekarang (pertengahan 1950-an hingga sekarang) tidak lagi sama seperti saat ia dicetuskan oleh Karl Marx. Sejumlah pembelokan dan adaptasi telah terjadi.  Namun setidaknya ada bebearpa hal hakiki yang harus dipahami dari paham ini. Pertama, Marxisme  sifatnya merangkul (mempersatukan semua pihak dalam satu ideology, dan bukan sekedar kebebasan yang buta) dan menghilangkan subjektifitas (semua harus seragam, baik pemikiran bahkan sampai kepada penampilan seperti warna baju, seragam, “kekayaan”).  Marxisme adalah sebuah filsafat sejarah yang dikemas menjadi seperti DOKTRIN yang jauh lebih rapid an KETAT dibandingkan system demokrasi.  Seperti diketahui demokrasi mendukung dan memfasilitasi perbedaan, termasuk penolakan terhadap kebijakan umum dari pemerintah. Dan ini TIDAK akan terjadi pada marxisme yang menjunjung semangat “KESERAGAMAN” termasuk dalam ide dan tujuan. Baik seragam dalam kategori kelompok pengerja, partai, dan lainnya. Opsi bukanlah pilihan karena semua pilihan seragam.    

Semua paham diatas ini kemudian diterapkan dalam system politik Soviet yang REPRESIF, kebiasaan Komunis yang menghilangkan segala akar perbedaan dan konflik dan semua propaganda serta agitasi yang intesif. Disinilah letak perbedaan mendasar antara paham liberalism dan komunis dimana Amerika Serikat menganggap bahwa ‘Yang Benar adalah Perbedaan’ dan soviet sebaliknya. Bagi negeri ini perbedaan menandakan KELEMAHAN yang dapat menimbulkan anarki dan kekacaubalauan.

Asumsi dan dasar pemikiran itulah yang melandasi konsep Karl Marx tentang dialektika, determinisme materialistic dan kemenangan kelas pekerja/masyarakat tanpa kelas dan tanpa negara.

Dialektika Marx
Dialektika adalah cara berpikir dan pandang terhadap dunia. Sebagai sebuah “Cara Berpikir” maka dialektika memberi arti SANGAT penting bagi proses, dinamika, perbedaan. Menurut Hegel, Dialektika adalah bagaimana sebuah konsep (thesis) ditentang (antithesis) hingga akhirnya sebuah mufakat ditemukan (sintesis). Dinamika terjadi ketika mufakat (dthesis) akan dipertentangkan (antithesis) hingga melahirkan mufakat (sintesa) baru, dan seterusnya. 

Pemikiran ini sebenarnya diterima oleh Marx yang juga seorang ‘Hegelian’ namun menurutnya Dialektika tidak boleh hanya berhenti pada tataran GAGASAN namun juga hal yang lebih riil seperti materiil/ekonomi. Maka, menurut Marx, Dialektika yang sesungguhnya adalah ketika terjadi pertempuran antar klas, dari berabad abad sebelumnya antara kaum feodal/bangsawan (thesis) melawan borjuis/kapitalis (antithesis) yang dimenangkan oleh borjuis/kapitalis (sintesis) – Perhatikan bahwa sintesis bukan hasil sebuah mufakat tapi perlawanan.  Perlawanan ini akan terjadi terus sehingga pada akhirnya kemenangan ada dipihak Kaum Pekerja.

Determinisme Materialistik
Hegel (yang adalah guru bagi Marx di University of Berlin) mengatakan bahwa sejarah ditentukan oleh faktor non materiil seperti ide, gagasan dan jiwa. Sebaliknya bagi Marx,  sejarah ditentukan oleh syarat-syarat produksi material. Bahwa  sejarah terjadi karena pertentangan yang terjadi pada dunia material, sesuai dengan konsep materialismenya atau konsep serba benda. Bentuk dan kekuatan produksi material tidak saja menentukan proses pekembangan dan hubungan-hubungan sosial manusia, serta formasi politik tetapi juga pembagian kelas-kelas sosial.Hubungan-hubungan produksi menjadi sangat dipengaruhi oleh kekuatan sosial dalam menciptakan bentuk kekuatan produksi mereka.

Determinasi ekonomi adalah dimana hal-hal yang bersifat mendasar (basis) seperti bentuk modal, alat-alat produksi, dan kekuatan-kekuatan modal lainnya yang mempengaruhi sejarah.
Dalam analisa Marx, didunia ini akan terus terjadi perubahan dan perlawanan antara kaum kapitalis dan kaum buruh (proleter/orang miskin). Lalu apa akhir dari seluruh perjuangan kaum proletar ini? Yaitu untuk mengakhiri nasibnya sebagai kaum proletar dengan cara menghilangkan perbedaan klas dan pertentangan klas, dan dengan sendirinya mengakhiri negara sebagai sebuah negara (dengan berbagai klas masyarakat).  Menurut faham komunis, negara hanyalah sebuah laat bagi sebuah klas untuk menguasai klas lainnya. Maka, masyarakat tanpa kelas adalah masyarakat tanpa negara.

Pertanyaannya, apakah hal ini mungkin terjadi? Apakah bisa manusia menjadi sedemikian sempurnanya hingga tidak memerlukan pemerintahan?  Hal ini dibantah juga termasuk oleh Marx.  Ia percaya didalam sebuah masyarakat TANPA kelas pun HARUS ada pemimpin, tepatnya sebuah dictatorship yang disebut PARTAI.

Lalu, dengan pola pemerintahan demikian dimanakah letak komunikasi massa atau pers?  Karena semua serba seragam dan tidak adanya ruang untuk perbedaan, maka jangan diharap PERS dapat menjadi WATCHDOG seperti pada Libertarian atau Social Responsibility.  Pers tidak lebih menjadi corong partai dan doktrin komunis. Lalu bagaimana soal KONTROL PERS? SIAPA YANG AKAN MENGONTROL. Marx, sebagaimana dalam konsep determinasi materiil jelas menyatakan bahwa: YANG BERKUASA (dalam bidang apapun entah itu ekonomi, produksi atau media) adalah orang orang yang memiliki alat produksi [dalam hal ini alat cetak, frekwensi, radio, dll].

Ternyata cukup banyak hal hal yang tidak tercover dalam konsep komunisme ala Marx. Misalnya saja soal konsep politik, juga pers, termasuk juga nasib kaum petani yang ternyata tidak dimasukkan sebagai kelompok PROLETAR (miskin).  Kekurangan ini memang berusaha di cover oleh penerusnya, Lenin dan Stalin. 

[BERSAMBUNG]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Posts