Pendahuluan
Kembali ke 40 tahun silam. Saat itu hampir setiap pertemuan
wartawan Amerika dan Uni Soviet selalu diwarnai aduargumen. Pers Amerika dengan doktrin liberalismenya
akan mengagung-agungkan kebebasan, dan berpendapat bahwa pers Soviet adalah
sesuatu yang terikat, dan dikontrol oleh pemerintah. Sebaliknya, wartawan dari
negeri Berang Merahbjustru merasa media sovietlah yang sesungguhnya
“bebas”. LIberalisme Amerika, kata
mereka, justru terikat oleh berbagai kepentingan yang justru mengekang
redaksi. Kepentingan ini tidak hanya
satu tapi jamak, seperti kepntingan pemasang iklan, pemilik, dan kroni
kroninya. Sebaliknya, media Soviet justru berpusat pada SATU tujuan yaitu
mengabdi pada kepentingan NEGARA.
Lalu, wartawan Amerika akan menyombongkan aktulitas dan berbagai ragam program enternatiment yang dapat mereka tayangkan, sementara di Soviet semua serba terencana dan dipenuhi propaganda. Toh, bagi wartawan yang bekerja dibawah “bendera” Soviet Komunist, segala opera sabun dan program hiburan (bahkan reality show) yang dipertontonkan oleh media liberal seperti Amerika hanyalah pepesan kosong dan TIDAK membawa perubahan apapun pada kehidupan riil masyarakatnya.
Konsep Marxist
Marxist yang sekarang (pertengahan 1950-an hingga sekarang)
tidak lagi sama seperti saat ia dicetuskan oleh Karl Marx. Sejumlah pembelokan
dan adaptasi telah terjadi. Namun
setidaknya ada bebearpa hal hakiki yang harus dipahami dari paham ini. Pertama,
Marxisme sifatnya merangkul
(mempersatukan semua pihak dalam satu ideology, dan bukan sekedar kebebasan
yang buta) dan menghilangkan subjektifitas (semua harus seragam, baik pemikiran
bahkan sampai kepada penampilan seperti warna baju, seragam, “kekayaan”). Marxisme adalah sebuah filsafat sejarah yang
dikemas menjadi seperti DOKTRIN yang jauh lebih rapid an KETAT dibandingkan
system demokrasi. Seperti diketahui
demokrasi mendukung dan memfasilitasi perbedaan, termasuk penolakan terhadap
kebijakan umum dari pemerintah. Dan ini TIDAK akan terjadi pada marxisme yang
menjunjung semangat “KESERAGAMAN” termasuk dalam ide dan tujuan. Baik seragam
dalam kategori kelompok pengerja, partai, dan lainnya. Opsi bukanlah pilihan
karena semua pilihan seragam.
Semua paham diatas ini kemudian diterapkan dalam system
politik Soviet yang REPRESIF, kebiasaan Komunis yang menghilangkan segala akar
perbedaan dan konflik dan semua propaganda serta agitasi yang intesif.
Disinilah letak perbedaan mendasar antara paham liberalism dan komunis dimana
Amerika Serikat menganggap bahwa ‘Yang Benar adalah Perbedaan’ dan soviet
sebaliknya. Bagi negeri ini perbedaan menandakan KELEMAHAN yang dapat
menimbulkan anarki dan kekacaubalauan.
Asumsi dan dasar pemikiran itulah yang melandasi konsep Karl
Marx tentang dialektika, determinisme materialistic dan kemenangan kelas
pekerja/masyarakat tanpa kelas dan tanpa negara.
Dialektika Marx
Dialektika adalah cara berpikir dan pandang terhadap dunia.
Sebagai sebuah “Cara Berpikir” maka dialektika memberi arti SANGAT penting bagi
proses, dinamika, perbedaan. Menurut Hegel, Dialektika adalah bagaimana sebuah
konsep (thesis) ditentang (antithesis) hingga akhirnya sebuah mufakat ditemukan
(sintesis). Dinamika terjadi ketika mufakat (dthesis) akan dipertentangkan
(antithesis) hingga melahirkan mufakat (sintesa) baru, dan seterusnya.
Pemikiran ini sebenarnya diterima oleh Marx yang juga
seorang ‘Hegelian’ namun menurutnya Dialektika tidak boleh hanya berhenti pada
tataran GAGASAN namun juga hal yang lebih riil seperti materiil/ekonomi. Maka,
menurut Marx, Dialektika yang sesungguhnya adalah ketika terjadi pertempuran
antar klas, dari berabad abad sebelumnya antara kaum feodal/bangsawan (thesis)
melawan borjuis/kapitalis (antithesis) yang dimenangkan oleh borjuis/kapitalis
(sintesis) – Perhatikan bahwa sintesis bukan hasil sebuah mufakat tapi
perlawanan. Perlawanan ini akan terjadi
terus sehingga pada akhirnya kemenangan ada dipihak Kaum Pekerja.
Determinisme Materialistik
Hegel (yang adalah guru bagi Marx di University of Berlin)
mengatakan bahwa sejarah ditentukan oleh faktor non materiil seperti ide,
gagasan dan jiwa. Sebaliknya bagi Marx,
sejarah ditentukan oleh syarat-syarat produksi material. Bahwa sejarah terjadi karena pertentangan yang
terjadi pada dunia material, sesuai dengan konsep materialismenya atau konsep
serba benda. Bentuk dan kekuatan produksi material tidak saja menentukan proses
pekembangan dan hubungan-hubungan sosial manusia, serta formasi politik tetapi
juga pembagian kelas-kelas sosial.Hubungan-hubungan produksi menjadi sangat
dipengaruhi oleh kekuatan sosial dalam menciptakan bentuk kekuatan produksi
mereka.
Determinasi ekonomi adalah dimana hal-hal yang bersifat mendasar (basis) seperti bentuk modal, alat-alat produksi, dan kekuatan-kekuatan modal lainnya yang mempengaruhi sejarah.
Determinasi ekonomi adalah dimana hal-hal yang bersifat mendasar (basis) seperti bentuk modal, alat-alat produksi, dan kekuatan-kekuatan modal lainnya yang mempengaruhi sejarah.
Dalam analisa Marx, didunia ini akan terus terjadi perubahan
dan perlawanan antara kaum kapitalis dan kaum buruh (proleter/orang miskin).
Lalu apa akhir dari seluruh perjuangan kaum proletar ini? Yaitu untuk
mengakhiri nasibnya sebagai kaum proletar dengan cara menghilangkan perbedaan
klas dan pertentangan klas, dan dengan sendirinya mengakhiri negara sebagai
sebuah negara (dengan berbagai klas masyarakat). Menurut faham komunis, negara hanyalah sebuah
laat bagi sebuah klas untuk menguasai klas lainnya. Maka, masyarakat tanpa
kelas adalah masyarakat tanpa negara.
Pertanyaannya, apakah hal ini mungkin terjadi? Apakah bisa manusia menjadi sedemikian sempurnanya hingga tidak memerlukan pemerintahan? Hal ini dibantah juga termasuk oleh Marx. Ia percaya didalam sebuah masyarakat TANPA kelas pun HARUS ada pemimpin, tepatnya sebuah dictatorship yang disebut PARTAI.
Lalu, dengan pola pemerintahan demikian dimanakah letak
komunikasi massa atau pers? Karena semua
serba seragam dan tidak adanya ruang untuk perbedaan, maka jangan diharap PERS
dapat menjadi WATCHDOG seperti pada Libertarian atau Social
Responsibility. Pers tidak lebih menjadi
corong partai dan doktrin komunis. Lalu bagaimana soal KONTROL PERS? SIAPA YANG
AKAN MENGONTROL. Marx, sebagaimana dalam konsep determinasi materiil jelas
menyatakan bahwa: YANG BERKUASA (dalam bidang apapun entah itu ekonomi,
produksi atau media) adalah orang orang yang memiliki alat produksi [dalam hal
ini alat cetak, frekwensi, radio, dll].
Ternyata cukup banyak hal hal yang tidak tercover dalam konsep komunisme ala Marx. Misalnya saja soal konsep politik, juga pers, termasuk juga nasib kaum petani yang ternyata tidak dimasukkan sebagai kelompok PROLETAR (miskin). Kekurangan ini memang berusaha di cover oleh penerusnya, Lenin dan Stalin.
[BERSAMBUNG]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar