Mereka
ini bukan kumpulan orang gila. Tapi visi mereka akan masa depan bagi sebagian
orang terasa absurd. Mereka ini menamakan dirinya: World Future Society
(WFS). Didalamnya berkumpul lebih dari
25 ribu orang anggota dari 80 negara dari berbagai profesi. Mulai dari bankir,
guru, tentara, akademisi, pemuka agama, artis hingga pensiunan.
Mereka
menyebutnya Expandiverse. Yakni sebuah ‘jembatan’ menuju a better world. Sebuah
dunia siber dimana setiap manusia memegang kontrol atas dunianya sendiri.
Bagaimana itu mungkin terjadi? Hanya mereka saja yang tau. Bagi orang orang
WFS, kelak manusia tidak lebih dari sebuah hologram, yang bisa dipindahkan
(teleportasi) ke tempat lain dalam sekejab.
Jadi, jangan kira film film science fiction itu sekedar bualan Hollywood
semata. Film film bertema futuristic ini sudah muncul sejak tahun 1950-an. Saya
kadang berpikir, koq bisa para penulis skenario itu memiliki ‘khayalan’ seperti
yang terlihat pada film film itu. Sekadar khalayan liar kah? Atau dari riset?
Ternyata yang terakhir ini yang benar……adalah kelompok seperti Wolrd Future
Society yang melahirkan proyeksi proyeksi keadaan dimasa depan berdasarkan
analisa yang sifatnya akademis.
WFS
adalah sebuah group diskusi (panel) yang membahas dan memprediksi apa yang akan
terjadi dimasa depan berdasarkan sejumlah kriteria dan pandangan. Misalnya
untuk tahun 2014, komunitas ini menelurkan sejumlah ‘ramalan’. Terkait dengan
teknologi komunikasi dikatakan bahwa ‘the future of science is in the hands of
crowdsourcing amateurs.’ Diyakini bahwa
para citizen scientist ini akan menjadi tulang punggung perkembangan teknologi
diabad dua puluh. Atau, bahwa quantum
computing akan menjadi cikal bakal Artificial Intelligence yang sesungguhnya.
Apa
yang dilakukan oleh World Future Society (WFS) ini dikenal sebagai Forecasting.
Salah satu metoda yang banyak digunakan
dalam melakukan forecasting adalah Metoda Delphi yang sifatnya ‘collective
intelligence’. Awalnya metoda ini
digunakan untuk memperkirakan peran teknologi didalam perang dunia kedua. Namun penelitian ini tidak bisa dilakukan
secara quantitative karena ketidaktersediaan data histori. Maka yang dilakukan
adalah mengumpulkan pendapat beberapa tim expert untuk kemudian ditarik benang
merah dan dijadikan sebuah kesimpulan.
Metoda
ini digunakan juga oleh komunitas masa depan seperti WFS tadi. Intinya, pada
metode ini akan dilakukan diskusi panel dimana setiap orang diharuskan menjawab
beberapa pertanyaan pada questionnaire. Setiap orang harus menjawab berdasarkan
analisa bidang yang dikuasainya. Dengan
adanya teknologi Webinar, atau video conference forecasting dengan Delphi
Method ini sangat valid untuk digunakan.
Tidak seperti saat pertama ditemukan oleh Derlkey tahun 1950, kini panel
diskusi tidak harus menghabiskan bujet jutaan rupiah untuk sekedar melakukan
Forum Group Discussion (FGD).
Dalam metoda Delphi ada tiga group dengan role
yang berbeda beda. Pertama para pembuat keputusan, lalu staf dan selanjutnya
para responden. Para Pembuat Keputusan adalah mereka yang bertanggung jawab
terhadap output kajian Delphi. Responden adalah semua pihak yang bertugas
menjawab kuesional. Sedangkan para staf dan coordinator adalah mereka yang
berfungsi untuk mengcompile, menganalisa dan mengevaluasi hasil panel diskusi
untuk selanjutnya menentukan apakah perlu perubahan pada kuesioner dan
seterusnya.
Nah,
lalu apa yang diprediksi oleh komunitas global WFS tentang masa depan teknologi?
Yang paling futuristic dan sering kita dengar tentu saja soal teleportasi.
Yakni memindahkan fisik manusia tanpa pergerakan fisik. Intinya, Anda bisa
memindahkan seseorang dari Jakarta ke bandung dengan teknologi teleport. Tak
perlu harus dengan Cipaganti travel. Bagaimana caranya? Tentu ini bukanlah
spesifikasi keahlian dari WFS, namun mereka memprediksikan hal tersebut.
Hal
lain adalah bahwa menurut WFS, perusahaan internet terbesar dalam 2030 adalah
yang bergerak dibidang bisnis pendidikan. Yang namanya saat ini mungkin belum
pernah kita dengar. Tak hanya itu, pada
2030 diperkirakan kita sudah akan mampu menciptakan teknologi untuk mengontrol
gravitisasi. Lalu, masih pada 2030,
dengan bantuan kecanggihan teknologi telah dapat terjalin komunikasi
antar spesies. Artinya, Anda bisa curhat
dengan pinatang peliharaan Anda. Luar biasa.
Diperkirakan
metamorfosa teknologi juga akan terus terjadi.
Televisi
kabel, dalam 15 tahun kedepan sudah tidak akan ada lagi. Semua akan berbentuk
hologram. Tentu ini kabar menyenangkan bagi Anda yang tinggal dirumah berukuran
mini.
Selain
World Future Society (WFS), yang juga melakuakan hal terkait future technology
ini adalah Wired Magazine (Straubaar et al, 2011). Media ini menyoroti bagaiman teknologi akan
mempengaruhi kebudayaan, ekonomi dan politik. Slogannya “Wired is when tomorrow
is realized”. Majalah ini selalu memuat
berbagai inovasi yang belum terpikirkan oleh orang kebanyakan. Katakan tentang anting anting yang akan
berfungsi sama seperti sebuah smartphone yang disebutnya dengan: standalone
communication device.
Majalah
ini juga pernah mempublikasikan sebuah temuan yang cukup mencengangkan, yakni
tentang bagaimana 1200 satelit berterbangan diorbit bumi…memata matai kehidupan
kita setiap saat. Juga tentang berbagai
inovasi yang akan berkembang dimasa depan seperti “WorkonWheele”. Apa itu? Tak
lain sebuah mobil yang bisa bergerak sendiri (self drive). Lalu penumpangnya
ngapain lagi jika mobil bergerak sendiri? Jawabannya: terserah Anda. Yang pasti interior mobil ini lebih mirip
ruang tamu, dimana ada kursi dan meja dimana Anda bisa melakukan meeting,
bekarja, makan, atau apa saja yang bisa Anda lakukan didalam ruang kerja.
Dari
uraian diatas, dapat kita simpulkan satu hal. Bahkan hingga detik ini, hampir
seluruh isi planet ini percaya bahwa masa depan planet bumi ada pada teknologi
(Grant, 2011).
Dan,
yang menyenangkan dari teknologi dan dunia digital adalah bahwa elemen ini bisa
diprediksi karena sifatnya yang ciptaan manusia. Tentu berbeda dengan dunia riil, dimana
elemen utamanya adalah manusia. Sampai
kapanpun orang tidak akan bisa memprediksi manusia, kecuali Anda adalah
Penciptanya sendiri.
Maka,
para FUTURIST seperti orang orang yang tergabung didalam WFS atau kaum
professional dibalik Wired berusaha menganalisa masa depan dengan “membaca”
perkembangan teknologi dari masa ke masa.
Apa yang mereka lakukan sebenarnya adalah mengembalikan hakekat
teknologi, dan juga user (manusia) sebagaimana dikodratkan oleh Payung
Perspektif Grant (Grant, 2010). Para
Futurist atau Forecaster ingin membuat manusia mampu mengkontrol masa depan
dunia. Itu sebabnya, slogannya adalah
‘Why bother predicting the future when you can control it.” (Frey, 2011)
Sayangnya,
jika kita membaca semua riset dan prediksi baik WFS maupun Wired, maka bukannya
optimis malah hati jadi miris. Bagaimana
tidak? Sepertinya bukan manusia yang mengkontrol teknologi. Sebaliknya, manusia
tak lebih dari mahluk invalid dan robot/mesinlah yang melakukan segalanya. Jika
ini terus terjadi, maka dalam 100 tahun lagi habislah sudah peradaban manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar