Minggu, 14 Desember 2014

tuhan baru bernama teknologi




Mereka ini bukan kumpulan orang gila. Tapi visi mereka akan masa depan bagi sebagian orang terasa absurd. Mereka ini menamakan dirinya: World Future Society (WFS).  Didalamnya berkumpul lebih dari 25 ribu orang anggota dari 80 negara dari berbagai profesi. Mulai dari bankir, guru, tentara, akademisi, pemuka agama, artis hingga pensiunan.
Mereka menyebutnya Expandiverse. Yakni sebuah ‘jembatan’ menuju a better world. Sebuah dunia siber dimana setiap manusia memegang kontrol atas dunianya sendiri. 

Bagaimana itu mungkin terjadi? Hanya mereka saja yang tau. Bagi orang orang WFS, kelak manusia tidak lebih dari sebuah hologram, yang bisa dipindahkan (teleportasi) ke tempat lain dalam sekejab.  Jadi, jangan kira film film science fiction itu sekedar bualan Hollywood semata. Film film bertema futuristic ini sudah muncul sejak tahun 1950-an. Saya kadang berpikir, koq bisa para penulis skenario itu memiliki ‘khayalan’ seperti yang terlihat pada film film itu. Sekadar khalayan liar kah? Atau dari riset? Ternyata yang terakhir ini yang benar……adalah kelompok seperti Wolrd Future Society yang melahirkan proyeksi proyeksi keadaan dimasa depan berdasarkan analisa yang sifatnya akademis. 



WFS adalah sebuah group diskusi (panel) yang membahas dan memprediksi apa yang akan terjadi dimasa depan berdasarkan sejumlah kriteria dan pandangan. Misalnya untuk tahun 2014, komunitas ini menelurkan sejumlah ‘ramalan’. Terkait dengan teknologi komunikasi dikatakan bahwa ‘the future of science is in the hands of crowdsourcing amateurs.’  Diyakini bahwa para citizen scientist ini akan menjadi tulang punggung perkembangan teknologi diabad dua puluh.  Atau, bahwa quantum computing akan menjadi cikal bakal Artificial Intelligence yang sesungguhnya.

Apa yang dilakukan oleh World Future Society (WFS) ini dikenal sebagai Forecasting.  Salah satu metoda yang banyak digunakan dalam melakukan forecasting adalah Metoda Delphi yang sifatnya ‘collective intelligence’.  Awalnya metoda ini digunakan untuk memperkirakan peran teknologi didalam perang dunia kedua.  Namun penelitian ini tidak bisa dilakukan secara quantitative karena ketidaktersediaan data histori. Maka yang dilakukan adalah mengumpulkan pendapat beberapa tim expert untuk kemudian ditarik benang merah dan dijadikan sebuah kesimpulan.

Metoda ini digunakan juga oleh komunitas masa depan seperti WFS tadi. Intinya, pada metode ini akan dilakukan diskusi panel dimana setiap orang diharuskan menjawab beberapa pertanyaan pada questionnaire. Setiap orang harus menjawab berdasarkan analisa bidang yang dikuasainya.  Dengan adanya teknologi Webinar, atau video conference forecasting dengan Delphi Method ini sangat valid untuk digunakan.  Tidak seperti saat pertama ditemukan oleh Derlkey tahun 1950, kini panel diskusi tidak harus menghabiskan bujet jutaan rupiah untuk sekedar melakukan Forum Group Discussion (FGD).

 Dalam metoda Delphi ada tiga group dengan role yang berbeda beda. Pertama para pembuat keputusan, lalu staf dan selanjutnya para responden. Para Pembuat Keputusan adalah mereka yang bertanggung jawab terhadap output kajian Delphi. Responden adalah semua pihak yang bertugas menjawab kuesional. Sedangkan para staf dan coordinator adalah mereka yang berfungsi untuk mengcompile, menganalisa dan mengevaluasi hasil panel diskusi untuk selanjutnya menentukan apakah perlu perubahan pada kuesioner dan seterusnya.

Nah, lalu apa yang diprediksi oleh komunitas global WFS tentang masa depan teknologi? Yang paling futuristic dan sering kita dengar tentu saja soal teleportasi. Yakni memindahkan fisik manusia tanpa pergerakan fisik. Intinya, Anda bisa memindahkan seseorang dari Jakarta ke bandung dengan teknologi teleport. Tak perlu harus dengan Cipaganti travel. Bagaimana caranya? Tentu ini bukanlah spesifikasi keahlian dari WFS, namun mereka memprediksikan hal tersebut.

Hal lain adalah bahwa menurut WFS, perusahaan internet terbesar dalam 2030 adalah yang bergerak dibidang bisnis pendidikan. Yang namanya saat ini mungkin belum pernah kita dengar.  Tak hanya itu, pada 2030 diperkirakan kita sudah akan mampu menciptakan teknologi untuk mengontrol gravitisasi. Lalu, masih pada 2030,  dengan bantuan kecanggihan teknologi telah dapat terjalin komunikasi antar spesies.  Artinya, Anda bisa curhat dengan pinatang peliharaan Anda. Luar biasa.
Diperkirakan metamorfosa teknologi juga akan terus terjadi.

Televisi kabel, dalam 15 tahun kedepan sudah tidak akan ada lagi. Semua akan berbentuk hologram. Tentu ini kabar menyenangkan bagi Anda yang tinggal dirumah berukuran mini.
Selain World Future Society (WFS), yang juga melakuakan hal terkait future technology ini adalah Wired Magazine (Straubaar et al, 2011).  Media ini menyoroti bagaiman teknologi akan mempengaruhi kebudayaan, ekonomi dan politik. Slogannya “Wired is when tomorrow is realized”.  Majalah ini selalu memuat berbagai inovasi yang belum terpikirkan oleh orang kebanyakan.  Katakan tentang anting anting yang akan berfungsi sama seperti sebuah smartphone yang disebutnya dengan: standalone communication device. 

Majalah ini juga pernah mempublikasikan sebuah temuan yang cukup mencengangkan, yakni tentang bagaimana 1200 satelit berterbangan diorbit bumi…memata matai kehidupan kita setiap saat.  Juga tentang berbagai inovasi yang akan berkembang dimasa depan seperti “WorkonWheele”. Apa itu? Tak lain sebuah mobil yang bisa bergerak sendiri (self drive). Lalu penumpangnya ngapain lagi jika mobil bergerak sendiri? Jawabannya: terserah Anda.  Yang pasti interior mobil ini lebih mirip ruang tamu, dimana ada kursi dan meja dimana Anda bisa melakukan meeting, bekarja, makan, atau apa saja yang bisa Anda lakukan didalam ruang kerja.

Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan satu hal. Bahkan hingga detik ini, hampir seluruh isi planet ini percaya bahwa masa depan planet bumi ada pada teknologi (Grant, 2011).
Dan, yang menyenangkan dari teknologi dan dunia digital adalah bahwa elemen ini bisa diprediksi karena sifatnya yang ciptaan manusia.  Tentu berbeda dengan dunia riil, dimana elemen utamanya adalah manusia.  Sampai kapanpun orang tidak akan bisa memprediksi manusia, kecuali Anda adalah Penciptanya sendiri.

Maka, para FUTURIST seperti orang orang yang tergabung didalam WFS atau kaum professional dibalik Wired berusaha menganalisa masa depan dengan “membaca” perkembangan teknologi dari masa ke masa.  Apa yang mereka lakukan sebenarnya adalah mengembalikan hakekat teknologi, dan juga user (manusia) sebagaimana dikodratkan oleh Payung Perspektif Grant (Grant, 2010).  Para Futurist atau Forecaster ingin membuat manusia mampu mengkontrol masa depan dunia.  Itu sebabnya, slogannya adalah ‘Why bother predicting the future when you can control it.” (Frey, 2011)

Sayangnya, jika kita membaca semua riset dan prediksi baik WFS maupun Wired, maka bukannya optimis malah hati jadi miris.  Bagaimana tidak? Sepertinya bukan manusia yang mengkontrol teknologi. Sebaliknya, manusia tak lebih dari mahluk invalid dan robot/mesinlah yang melakukan segalanya. Jika ini terus terjadi, maka dalam 100 tahun lagi habislah sudah peradaban manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Posts