Communication is a Social Activity.
Anda mungkin pernah mendengar, “if a
tree falls in the forest, and no one is there, does it make a sound?” Maksud dari pertanyaan retoris ini sebenarnya
adalah bahwa: “sound” requires a “hearer”. In order for
there to be communication, we must have more than one person sharing the
meaning.
(Lain kali saya akan bahas soal share meaning ini ya. Ini
adalah sebuah fenomena era digital betapa relasi antar manusia terdekat
sekalipun menjadi dingin ……… even you and your spouse can NOT share meaning
peacefully. Kudu berantem, ngotot2an
karena merasa “dia ngga pernah nangkep
maksudku”)
Dalam tuliasn ini mau sharing sebuah trend baru yang sudah
1-2 tahun ini saya lihat makin menggila.
Begini, Anda perhatikan tidak bahwa anak anak sekarang (6 – 23 tahunan) gemar banget memakai HEADPHONE (atau terkadang
earphone) TANPA pandang situasi. Saya
pernah, bahkan sering saat makan di mall, food court, restaurant….dimana aja
deh, dimana satu keluarga sedang makan bersama dan anak anaknya memakai headphone.
Did you notice that
currently, HEADPHONE is a lifestyle? Seakan
jadi komoditas primer, seperti handphone. Need ini disambut baik oleh industry.
Maka munculah merk-merk headphone ternama seperti Beats by Dr Dre, Skullcandy,
Plantronics.
Sebelum 2010, HEADPHONE
atau EARPHONE dibutuhkan saat orang butuh konsentrasi atau focus pada sesuatu. FOKUS
pada sebuah pekerjaan, kegiatan (termasuk tidur/istirahat kalau sedang dikereta
api atau bus antar kota) atau sedang
berolahraga. Benda ini sebelumnya TIDAK VALID dikenakan pada saat
sedang, dan akan terjalin sebuah suasana komunikasi (makan, dikendaraan saat
mau menuju satu tempat, dst).
Sekarang? Lagi jalan jalan dimal pake headphone, lagi
nongkrong sama teman pake headphone, lagi dimobil (bareng keluarga….mau
brangkat sekolah) juga pake headphone. Dirumah nonton tivi bareng aja bocah bocah
bisa pake headphone. Lagi naik motor pake headhphone (awas ada kereta lewat!). Lha?
YOUR kid, THIS GENERATION, is slowly….gradually…… losing the
first and the main activity in communication: TO LISTEN.
Oiya, by the way, Abege konon lebih senang mengenakan
HEADPHONE dibanding earphone pertama karena alasan ‘fashion’ dan kedua: HEADPHONE lebih kedap suara. Blah!!! Seakan mereka ingin menekan tombol
MUTE dari sekelilingnya.
Ini beberapa tips dari saya.
#1 Ajarkan anak Anda untuk membuka telinga saat bepergian
dimobil, biar dia mendengar deru klakson dan gas motor yang berseliweran. Supaya
dia peka betapa kondisi sosial disekitarnya semrawut. Ini bisa jadi bahan pembicaraan Anda dan anak
toh? Misal….”dek dek, ato nak…..kamu tau
ngga, kalau kamu nihhhh….nanti kalau besar tidak bisa menyelesaikan solusi soal
kemacetan ini….maka nanti orang keluar dari gerbang udah STUCK ga bisa jalan.”
#2 Ajarkan anak Anda untuk membuka telinga, saat menemani
Anda belanja di supermarket, hypermarket atau bahkan pasar tradisional. Biar dia mendengar suara para SPG memanggil “buuuu……..mau coba produk sabun baru bu?”
*ini penting, jadi dia tau…dan Anda bisa punya bahan pembicaraan soal satu
jenis pekerjaan bernama SPG (misalnya)*
Biar dia mendengar suara ibu ibu lagi marahin anaknya yang sembarangan
masukin mainan ke troly…..biar dia mendengar suara pisau pemotong daging
membelah tulang tulang sapi…..biar dia mendengar suara mbok mbok dipasar
memanggil manggil pelanggan……biarkan dia mendengar suara ban motor melibass
habis lumpur coklat pekat dipasar yang paling jorok dan semrawut…..it ALL is a
sound of LIFE.
Semua suara ini adalah input yang membentuk sebuah database
dalam otak manusia, yang kemudian menjadi alat bantu membentuk PERSEPSI dalam
berkomunikasi. Anak atau manusia yang
MUTE dari suara sekelilingnya, akan kehilangan daya persepsi. Bingung. Ia mungkin akan pintar, tapi tak
akan terlalu cerdas karena tidak berwawasan nyata dan tidak kaya akan ‘konteks’.
#3.Dan, satu lagi…….membiarkan anak memakai headphone saat
makan bersama direstoran adalah sebuah kebodohohan dan pembiaran anak menjadi sosok
yang IGNORANCE. Dinner is your most
precious event to share story….and TALK….TALK…CHIT and CHAT.
So, take your child’s headphone….and start to create a
MOMENT of TALK.
Tentu, ada satu topik lagi yang mengikuti tips ini, yaitu:
Apakah anda teman yang menyenangkan untuk diajak bicara? Saya pernah bertanya pada satu remaja
dikampus, kenapa anak anak sekarang keknya “ON” terus dengan headphone bahkan
dirumah atau saat kumpul keluarga? Jawabnya:
“gak
asik ngobrol ama ortu!” Jadi,
jangan cuma sibuk melarang anak ini itu, harus dengar ini itu, tapi Anda
sendiri tak lebih dari sekedar patung bernyawa yang diberi label: papa dan
mama.
You, yourself have to learn how to create a FUN atmosphere
Remember: All relationship problems are really communication
problem.
(Tulisan ini adalah OPINI pribadi dari Feby Siahaan)
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar