Rabu, 11 Februari 2015

Take OFF that Headphone, kiddo......



Communication is a Social Activity.  Anda mungkin pernah mendengar, “if a tree falls in the forest, and no one is there, does it make a sound?”  Maksud dari pertanyaan retoris ini sebenarnya adalah bahwa:  “sound” requires a “hearer”.  In order for there to be communication, we must have more than one person sharing the meaning. 

(Lain kali saya akan bahas soal share meaning ini ya. Ini adalah sebuah fenomena era digital betapa relasi antar manusia terdekat sekalipun menjadi dingin ……… even you and your spouse can NOT share meaning peacefully.  Kudu berantem, ngotot2an karena merasa “dia ngga pernah nangkep maksudku”)

Dalam tuliasn ini mau sharing sebuah trend baru yang sudah 1-2 tahun ini saya lihat makin menggila.
Begini, Anda perhatikan tidak bahwa  anak anak sekarang (6 – 23 tahunan) gemar banget memakai HEADPHONE (atau terkadang earphone)  TANPA pandang situasi. Saya pernah, bahkan sering saat makan di mall, food court, restaurant….dimana aja deh, dimana satu keluarga sedang makan bersama dan anak anaknya memakai headphone.

Did you notice that currently, HEADPHONE is a lifestyle?   Seakan jadi komoditas primer, seperti handphone. Need ini disambut baik oleh industry. Maka munculah merk-merk headphone ternama seperti Beats by Dr Dre, Skullcandy, Plantronics.

Sebelum 2010,  HEADPHONE atau EARPHONE dibutuhkan saat orang butuh konsentrasi atau focus pada sesuatu. FOKUS pada sebuah pekerjaan, kegiatan (termasuk tidur/istirahat kalau sedang dikereta api atau bus antar kota) atau sedang  berolahraga.  Benda ini  sebelumnya TIDAK VALID dikenakan pada saat sedang, dan akan terjalin sebuah suasana komunikasi (makan, dikendaraan saat mau menuju satu tempat, dst).

Sekarang? Lagi jalan jalan dimal pake headphone, lagi nongkrong sama teman pake headphone, lagi dimobil (bareng keluarga….mau brangkat sekolah) juga pake headphone.  Dirumah nonton tivi bareng aja bocah bocah bisa pake headphone. Lagi naik motor pake headhphone (awas ada kereta lewat!). Lha?
YOUR kid, THIS GENERATION, is slowly….gradually…… losing the first and the main activity in communication: TO LISTEN.

Oiya, by the way, Abege konon lebih senang mengenakan HEADPHONE dibanding earphone pertama karena alasan ‘fashion’ dan kedua:  HEADPHONE lebih kedap suara.  Blah!!! Seakan mereka ingin menekan tombol MUTE dari sekelilingnya.

Ini beberapa tips dari saya.

#1 Ajarkan anak Anda untuk membuka telinga saat bepergian dimobil, biar dia mendengar deru klakson dan gas motor yang berseliweran. Supaya dia peka betapa kondisi sosial disekitarnya semrawut.  Ini bisa jadi bahan pembicaraan Anda dan anak toh? Misal….”dek dek, ato nak…..kamu tau ngga, kalau kamu nihhhh….nanti kalau besar tidak bisa menyelesaikan solusi soal kemacetan ini….maka nanti orang keluar dari gerbang udah STUCK ga bisa jalan.

#2 Ajarkan anak Anda untuk membuka telinga, saat menemani Anda belanja di supermarket, hypermarket atau bahkan pasar tradisional.  Biar dia mendengar suara para SPG memanggil “buuuu……..mau coba produk sabun baru bu?” *ini penting, jadi dia tau…dan Anda bisa punya bahan pembicaraan soal satu jenis pekerjaan bernama SPG (misalnya)*   Biar dia mendengar suara ibu ibu lagi marahin anaknya yang sembarangan masukin mainan ke troly…..biar dia mendengar suara pisau pemotong daging membelah tulang tulang sapi…..biar dia mendengar suara mbok mbok dipasar memanggil manggil pelanggan……biarkan dia mendengar suara ban motor melibass habis lumpur coklat pekat dipasar yang paling jorok dan semrawut…..it ALL is a sound of LIFE.   

Semua suara ini adalah input yang membentuk sebuah database dalam otak manusia, yang kemudian menjadi alat bantu membentuk PERSEPSI dalam berkomunikasi.  Anak atau manusia yang MUTE dari suara sekelilingnya, akan kehilangan daya persepsi.  Bingung. Ia mungkin akan pintar, tapi tak akan terlalu cerdas karena tidak berwawasan nyata dan tidak kaya akan ‘konteks’.

#3.Dan, satu lagi…….membiarkan anak memakai headphone saat makan bersama direstoran adalah sebuah kebodohohan dan pembiaran anak menjadi sosok yang IGNORANCE.  Dinner is your most precious event to share story….and TALK….TALK…CHIT and CHAT.
So, take your child’s headphone….and start to create a MOMENT of TALK.   

Tentu, ada satu topik lagi yang mengikuti tips ini, yaitu: Apakah anda teman yang menyenangkan untuk diajak bicara?   Saya pernah bertanya pada satu remaja dikampus, kenapa anak anak sekarang keknya “ON” terus dengan headphone bahkan dirumah atau saat kumpul keluarga?  Jawabnya: “gak asik ngobrol ama ortu!   Jadi, jangan cuma sibuk melarang anak ini itu, harus dengar ini itu, tapi Anda sendiri tak lebih dari sekedar patung bernyawa yang diberi label: papa dan mama.

You, yourself have to learn how to create a FUN atmosphere

Remember: All relationship problems are really communication problem. 

(Tulisan ini adalah OPINI pribadi dari Feby Siahaan)
---


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Posts