Pada mulanya adalah Analog.
Ketika dua manusia
berbicara satu dengan yang lain, itulah analog. Dan ketika komputer
berkomunikasi dengan komputer, itulah digital. Manusia berdialog dengan bahasa, dialek dan intonasi; fromA to Z, 1 to 9. Komputer hanya memahami 0 dan 1 atau bahasa binary. Secara defenitif, manusia jelas lebih variatif dibanding komputer.
Walau terkesan
konservatif, kuno tapi komunikasi analog justru sarat dengan ‘sentuhan’
manusiawi. Kualitas komunikasi antar individu di-era analog (era sebelum
80-an) justru bisa dikatakan lebih berkualitas.
Albert Mehrabian menjelaskan bahwa komunikasi verbal/text hanya memiliki efektifitas 7% dalam menyampaikan pesan, lalu vocal variety (intonasi suara) 38% dan body language 55% (Mehrabian, 1967).
Pada era analog komunikasi dan diskusi cenderung dilakukan dengan tatap muka. Efektifitas pesan justru seratus persen tersampaikan (conveyed). Atau, jika tatap muka tidak memungkinkan maka seburuk buruknya dengan menggunakan telepon - yang penggunaanya meluas sejak 1902 (Aronson, 1977) - dimana efektifitas penyampaian pesan at least mencapai 45 persen.
Namun, sejalan dengan perkembangan riset dan pengembangan ilmu pengetahuan, diakhir tahun 1950 hingga awal 1970-an, ditemukanlah teknologi awal digital komputer dan digital recording. Temuan ini terus berkembang dan bangkit, serta berkembang secara agresif mulai tahun 1980-an hingga sekarang.
Pertengahan 1980, perlahan komunitas analog mulai tergeser dengan komunitas digital. Motorola
menciptakan HP pertama (Motorola Dyna Tac) yang merupakan cikal bakal
digital phone. Awal 1990-an Nokia mulai memperkenalkan teknologi 2G,
yang adalah momentum lahirnya digital communication hingga sekarang.
Komunikasi analog
seperti telepon desktop mulai ditinggalkan dan beralih ke mobil phone.
Text Messaging, menjadi sahabat baru manusia. Telepon umum dan desktop
mulai ditinggalkan bahkan dijadikan barang kuno yang disimpan dimuseum.
Mediamorphosis!
- BERSAMBUNG -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar