<LANJUTAN>
Saya memperhatikan bagaimana pola komunikasi rekan rekan yang telah berkeluarga, disekitar saya. Rata-rata saling menyapa dengan BBM/Wassap-an.
"Mas, uda makan belum?"
"Aq msh di jln, jgn dnggu nti lm" (ini pasti ngetiknya sambil nyetir...belepotan jadinya)
"Ma ti titp bliin rkok sampoerna putih sekotak" (maksudnya: Mah nanti titip beliin rokok XXX sekotak -- ini pasti perokok beratzz soale pas nyebut bagian merek rokok aja kaga mau disingkat....bagian lain belepotan disingkat2 ga jelas)
"syangg akuu kangennn <icon love> <icon hug> <icon melet>"
"cayanggg aq miss yuuuu....kamyu miss me opo ora"
dst.
Masih ingat apa kata Mehrabian (tulisan sebelumnya)?
Jika saya memakai pakem 7:38:55 (verbal/text: Intonasi: Body Language) dari Mehrabian maka:
Sekalipun Anda dan pasangan aktif berceting-cetingan, berkirim icon2an, bersayang sayangan, tapi yang Anda lakukan HANYA TUJUH persen dari komunikasi yang sesungguhnya. Ketika Anda berkata "aku kangen" hanya TUJUH persen rasa kangen Anda itu tertransfer.
Yang berbahagia adalah pasangan yang GAPTEK. Karena mereka akan saling bertelpon ketika ada jarak dan waktu memisahkan.
"sayanggggg akuuuu kangennnnn" dengan suara manja manja suram ala dangdut. (hehehehe). Norak mungkin, tapi IT WORKS better than just sending SILENT ICONS.
Tentu saja yang PALING efektif adalah ketika Anda menyatakannya FACE to FACE, dengan gesture gelayutan gelantungan dileher misalnya. Itu 100% tersampaikan messagenya. Tapi masalahnya, kalau Anda dikantor dan pasangan dikantor tentu susah laaa, mau bilang kangen atau mau nanya sudah makan atau belum harus dengan tatap muka langsung. Iya kan?
*
Dan yang menjadi masalah dikota metropolitan, serba MACET kek Jakarta ini adalah: para pekerja itu lebih memilih stay longer dikantor daripada pulang tenggo.
Artinya apa?
Artinya, komunikasi yang ideal itu JUSTRU terjadi sesama rekan sekantor (ada unsur verbal, intonasi plus body language). *Jreng jreng......yellow sign. Alert! Alert!*
Sebaliknya, dengan pasangan sendiri (pokoknya orang orang serumah) sebenarnya justru kwalitas komunikasi paling parah (menurut standar Mehrabian/pakem komunikasi secara teori).
Saya memperhatikan bagaimana pola komunikasi rekan rekan yang telah berkeluarga, disekitar saya. Rata-rata saling menyapa dengan BBM/Wassap-an.
"Mas, uda makan belum?"
"Aq msh di jln, jgn dnggu nti lm" (ini pasti ngetiknya sambil nyetir...belepotan jadinya)
"Ma ti titp bliin rkok sampoerna putih sekotak" (maksudnya: Mah nanti titip beliin rokok XXX sekotak -- ini pasti perokok beratzz soale pas nyebut bagian merek rokok aja kaga mau disingkat....bagian lain belepotan disingkat2 ga jelas)
"syangg akuu kangennn <icon love> <icon hug> <icon melet>"
"cayanggg aq miss yuuuu....kamyu miss me opo ora"
dst.
Masih ingat apa kata Mehrabian (tulisan sebelumnya)?
Jika saya memakai pakem 7:38:55 (verbal/text: Intonasi: Body Language) dari Mehrabian maka:
Sekalipun Anda dan pasangan aktif berceting-cetingan, berkirim icon2an, bersayang sayangan, tapi yang Anda lakukan HANYA TUJUH persen dari komunikasi yang sesungguhnya. Ketika Anda berkata "aku kangen" hanya TUJUH persen rasa kangen Anda itu tertransfer.
Yang berbahagia adalah pasangan yang GAPTEK. Karena mereka akan saling bertelpon ketika ada jarak dan waktu memisahkan.
"sayanggggg akuuuu kangennnnn" dengan suara manja manja suram ala dangdut. (hehehehe). Norak mungkin, tapi IT WORKS better than just sending SILENT ICONS.
Tentu saja yang PALING efektif adalah ketika Anda menyatakannya FACE to FACE, dengan gesture gelayutan gelantungan dileher misalnya. Itu 100% tersampaikan messagenya. Tapi masalahnya, kalau Anda dikantor dan pasangan dikantor tentu susah laaa, mau bilang kangen atau mau nanya sudah makan atau belum harus dengan tatap muka langsung. Iya kan?
*
Dan yang menjadi masalah dikota metropolitan, serba MACET kek Jakarta ini adalah: para pekerja itu lebih memilih stay longer dikantor daripada pulang tenggo.
Artinya apa?
Artinya, komunikasi yang ideal itu JUSTRU terjadi sesama rekan sekantor (ada unsur verbal, intonasi plus body language). *Jreng jreng......yellow sign. Alert! Alert!*
Sebaliknya, dengan pasangan sendiri (pokoknya orang orang serumah) sebenarnya justru kwalitas komunikasi paling parah (menurut standar Mehrabian/pakem komunikasi secara teori).
<NEXT: How to maximize your communication?>
Angka perceraian di Indonesia. Hasil riset Prof Mark Cammack |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar